STMIK MEDIA INFORMATIKA CENDIKIA
STMIK MIC
Dosen :
Asep Jalaludin, ST, MM.
Pengantar Manajemen Umun
Disusun Oleh :
Kelompok C
Pembuat Naskah :
- Vivi Pusfitasari
- Samuel Kurniawan
Pemateri :
- Ridwan
- Lenriani Marbun
- Yakub Kristian
Moderator :
- Rifi Hamdani
Notulen :
- Susanah
Tema :
MANAGEMEN AGRIBISNIS
Organisasi dan Managemen Sumberdaya Manusia
KATA PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puji sykur kehadirat Allah swt, atas segala karuniaNya, makalah
yang berjudul " MANAGEMEN
AGRIBISNIS: Orgasnisasi dan Managemen Sumberdaya Manusia" ini dapat disusun . Makalah ini menyajikan pokok-pokok pikiran
mengenai keterkaitan pengembangan managemen agribisnis yang diabstraksikan dari
berbagai referensi.
Makalah
ini disajikan sebagai salah satu materi dalam Penataran Agribisnis bagi Kepala
Bidang Pertanian Umum Kanwil Pertanian. Diharapkan makalah ini dapat memberikan gambaran kepada para peserta
tentang pentingnya program pembangunan agribisnis .
Dengan
telah selesainya makalah ini, maka perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua rekan yang telah membantu.
Bekasi, September 2014
Penulis.
DAFTAR ISI
No
|
Teks
|
Halaman
|
1
|
KATA PENGANTAR…………………………………
|
i
|
2
|
DAFTAR ISI…………………………………………..
|
ii
|
3
|
PENDAHULUAN…………………………………….
|
1
|
4
|
PENGERTIAN
DEFINISI AGRIBISNIS................
|
2
|
5
|
PENDEKATAN DAN ORIENTASI AGRIBISNIS….
|
3
|
6
|
ANALISIS PEWILAYAHAN KOMODITAS...............
|
5
|
7
|
STRATEGI PENANGANAN SISTEM AGRIKOMA..
|
6
|
8
|
MANAJEMEN SUMBERDAYA DAN ORGANISASI
|
7
|
9
|
DESKRIPSI PROFIL SISTEM AGRIBISNIS KOMODITAS
MANGGA DI JAWA TIMUR..............
|
11
|
10
|
KESIMPULAN........................................................
|
20
|
11
|
DAFTAR PUSTAKA……….………………………...
|
21
|
PENDAHULUAN
Dalam Pelita
VI pembangunan ekonomi menjadi prioritas dengan titik berat pada sektor
pertanian yaitu peningkatan produksi pertanian dalam usaha mempertahankan
swasembada pangan, meningkatkan komoditas ekspor non-migas serta mengembangkan
agroindustri. Secara lebih spesifik tujuan pembangunan pertanian adalah
meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan industri
dalam negeri serta meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani, memperluas kesempatan kerja, mendorong pemerataan
kesempatan berusaha serta mnedukung pembangunan daerah. Jalur pembangunan
pertanian mencakup kegiatan peningkatan
komoditi pertanian yang pelaksanaannya melalui pembinaan dan pengembangan
agribisnis yang meliputi kegiatan terpadu dan tidak dapat dipisahkan mulai dari
penyediaan sarana produksi, pembinaan usahatani, pasca panen, pengolahan
hasil serta pemasaran hasil.
Propinsi Jawa
Timur terbagi dalam 37 Daerah Tingkat II yang masing-masing mempunyai potensi
wilayah yang berbeda, baik potensi sumberdaya manusia dengan segenap budayanya
maupun potensi sumberdaya alam dengan
keanekaragaman hayatinya. Potensi sumberdaya ini masih belum sepenuhnya dapat
dimanfaatkan dan dikembangkan, terutama daerah-daerah lahan kering. Dari sumberdaya lahan yang ada, sebagian
besar merupakan lahan kering dan menjadi sumber penghidupan bagi sebagian besar
petani. Permasalahan klasik yang ada pada lahan kering ini adalah rendahnya
produktivitas lahan. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain karena masih
terbatasnnya informasi tentang teknologi yang dapat digunakan untuk
mengembangkan wilayah tersebut, tingkat kesulitan faktor pembatas pertumbuhan
tanaman yang relatif tinggi dan pengembangan
teknologi produksi yang sangat lamban.
Pada setiap
tahap pengusahaan (usahatani) komoditas andalan, pemasaran dan pengolahannya
diperlukan lembaga sosial- ekonomi sebagai suatu wadah, pola organisasi dan atribut yang dibutuhkan oleh para petani
untuk dapat melakukan fungsinya. Lembaga sosial-ekonomi ini dapat bersifat
lembaga non-formal atau formal. Suatu
bentuk kelembagaan dengan ikatan-ikatan dan hubungan sosial-ekonomi berdasarkan
kebutuhan masyarakat diperlukan dalam penanganan Sistem Agrikoman (Agribisnis
Komoditi Andalan). Menemukan lembaga-lembaga tradisional yang tumbuh dalam
masyarakat pedesaan, khususnya dalam pengusahaan komoditas andalan, sejak saat
penanaman bibit, pengelolaan lahan, pengerahan
tenaga kerja, perkreditan, panen dan pengolahan hasil, serta pemasaran hasil
merupakan langkah awal dalam upaya rekayasa dan peningkatan fungsi kelembagaan
tersebut. Selanjutnya, keberhasilan dalam sistem produksi menuntut adanya
bentuk-bentuk kelembagaan yang lebih besar dan berorientasi ekonomis sehingga
mampu mengelola sistem agribisnis secara lebih efisien dan mampu meningkatkan
kesejahteran masyarakat.
PENGERTIAN DEFINISI
AGRIBISNIS
Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau
bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan
"hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa
agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain).
Agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
Pengertian Agribisnis Menurut Sjarkowi dan Sufri (2004): Agribisnis adalah setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan produksi itu sendiri atau pun juga pengusahaan pengelolaan hasil pertanian.
Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
Pengertian Agribisnis menurut John H. Davis dan Ray A. Goldberg (1957): The sum total of all operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies; production operations on the farm; and the storage, processing, and distribution of farm commodities and items made from them.
Definisi Agribisnis menurut Drilon Jr. dalam Saragih (1998): Agribisnis adalah mega sektor yang mencakup “… the sum total of operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies, production activities on the farm, storage, processing and distribution of farm commodities and items for them …”
Pengertian Agribisnis Menurut Downey and Erickson (1987) dalam Saragih (1998): Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.
Pengertian Agribisnis menurut Arsyad dkk: Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari matarantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran produk-produk yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas.
Pengertian Agribisnis Menurut Wibowo dkk, (1994): Pengertian agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain.
Dengan demikian agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistim pertanian yang memiliki beberapa komponen sub sistim yaitu, sub sistim usaha tani/yang memproduksi bahan baku; sub sistim pengolahan hasil pertanian, dan sub sistim pemasaran hasil pertanian.
Pengertian Agribisnis menurut Austin: Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi kegiatan usahatani, pengolahan bahan makanan, usaha sarana dan prasarana produksi pertanian, transportasi, perdagangan, kestabilan pangan dan kegiatan-kegiatan lainnya termasuk distribusi bahan pangan dan serat-seratan kepada konsumen.
Pengertian Agribisnis menurut Drillon: Agribisnis adalah sejumlah total dari seluruh kegiatan yang menyangkut manufaktur dan distribusi dari sarana produksi pertanian, kegiatan yang dilakukan usahatani, serta penyimpanan, pengolahan dan distribusi dari produk pertanian dan produk-produk lain yang dihasilkan dari produk pertanian.
Pengertian Agribisnis menurut Cramer and Jensen: Agribisnis adalah suatu kegiatan yang sangat kompleks, meliputi : industri pertanian, industri pemasaran hasil pertanian dan hasil olahan produk pertanian, industri manufaktur dan distribusi bagi bahan pangan dan serat-seratan kepada pengguna/konsumen.
Agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
Pengertian Agribisnis Menurut Sjarkowi dan Sufri (2004): Agribisnis adalah setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan produksi itu sendiri atau pun juga pengusahaan pengelolaan hasil pertanian.
Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
Pengertian Agribisnis menurut John H. Davis dan Ray A. Goldberg (1957): The sum total of all operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies; production operations on the farm; and the storage, processing, and distribution of farm commodities and items made from them.
Definisi Agribisnis menurut Drilon Jr. dalam Saragih (1998): Agribisnis adalah mega sektor yang mencakup “… the sum total of operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies, production activities on the farm, storage, processing and distribution of farm commodities and items for them …”
Pengertian Agribisnis Menurut Downey and Erickson (1987) dalam Saragih (1998): Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.
Pengertian Agribisnis menurut Arsyad dkk: Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari matarantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran produk-produk yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas.
Pengertian Agribisnis Menurut Wibowo dkk, (1994): Pengertian agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain.
Dengan demikian agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistim pertanian yang memiliki beberapa komponen sub sistim yaitu, sub sistim usaha tani/yang memproduksi bahan baku; sub sistim pengolahan hasil pertanian, dan sub sistim pemasaran hasil pertanian.
Pengertian Agribisnis menurut Austin: Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi kegiatan usahatani, pengolahan bahan makanan, usaha sarana dan prasarana produksi pertanian, transportasi, perdagangan, kestabilan pangan dan kegiatan-kegiatan lainnya termasuk distribusi bahan pangan dan serat-seratan kepada konsumen.
Pengertian Agribisnis menurut Drillon: Agribisnis adalah sejumlah total dari seluruh kegiatan yang menyangkut manufaktur dan distribusi dari sarana produksi pertanian, kegiatan yang dilakukan usahatani, serta penyimpanan, pengolahan dan distribusi dari produk pertanian dan produk-produk lain yang dihasilkan dari produk pertanian.
Pengertian Agribisnis menurut Cramer and Jensen: Agribisnis adalah suatu kegiatan yang sangat kompleks, meliputi : industri pertanian, industri pemasaran hasil pertanian dan hasil olahan produk pertanian, industri manufaktur dan distribusi bagi bahan pangan dan serat-seratan kepada pengguna/konsumen.
PENDEKATAN DAN ORIENTASI AGRIBISNIS
Sistem usaha
pertanian yang mengintegrasikan faktor produksi lahan, tenagakerja, modal dan
teknologi/manajemen sangat dipengaruhi oleh kondisi spesifik wilayah, yang
mencakup bio- fisik, ekonomi, dan sosial. Sektor pertanian hingga saat ini
masih diartikan sebagai "sistem usaha pertanian" yang sangat
berkaitan erat dengan sistem lainnya seperti industri hulu, industri hilir,
pemasraan/perdagangan dan permintaan datri konsumen. Keseluruhan aspek-aspek ini SALING
terintegrasi dan dalam pengertian makna yang luas lazim disebut "Sistem Agribisnis" . Keseluruhan sistem yang berkaitan dengan
sektor pertanian tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya, kelembagaan,
dan kebijaksanaan pembangunan pertanian.
Dari
keseluruhan sistem agribisnis seperti yang diabstraksikan di atas, dapat
diambil beberapa aspek atau bidang kajian epenting, yaitu:
(a). Sistem
Agribisnis dan Perdagangan/pemasaran
(b).
Sumberdaya manusia dan kelembagaan
(c).
Pengelolaan sumberdaya alam
(d). Sistem
usaha pertanian (atau usahatani)
(e).
Pengembangan agroindustri
(f). Rintisan
dan pengembangan produk.
Istilah "agribisnis" telah menjadi
semakin populer, berbagai macam
pengertian dan pemahaman tentang istilah ini telah berkembang. Dari asal katanya, "agribisnis" terdiri dari dua suku kata, yaitu "agri" (agriculture =
pertanian) dan "bisnis"
(business = usaha komersial). Oleh karena itu, agribisnis adalah kegiatan
bisnis yang berbasis pertanian. Sebagai konsep, agribisnis dapat diartikan
sebagai jumlah semua kegiatan-kegiatan yang berkecipung dalam industri dan
distribusi alat-alat maupun bahan-bahan
untuk pertanian, kegiatan produksi komoditas pertanian, pengolahan, penyimpanan dan distribusi komoditas pertanian atau
barang-barang yang dihasilkannya (Davis dan Golberg, 1957).
Menurut
Snodgrass dan Wallace (1974),
kegiatan agribisnis tersebut merupakan kegiatan pertanian yang kompleks
sebagai akibat dari pertanian
yang semakin modern. Pertanian meliputi perkebunan, pertanian tanaman
pangan,
peternakan, perikanan dan kehutanan. Agribisnis dapat memfokuskan
kegiatannya
pada satu segmen dari keseluruhan industri atau keseluruhan kegiatan
secara terintegrasi. Agribisnis dapat berupa perusahaan besar seperti
perkebunan besar,
pabrik pupuk, pabrik pestisida, pabrik minyak, pabrik susu, perusahaan
perikanan, dan lainnya. Selain itu juga
dapat berupa perusahaan kecil, seperti perkebunan rakyat, nelayan,
petani,
pedagang (bakul), peternak, dan lainnya. Menurut Balbin dan Clemente
(1986),
pengertian agribisnis dapat diperluas
mencakup pemerintah, pasar, asosiasi perdagangan, koperasi, lembaga
keuangan, sekelompok pendidik dan lembaga lain yang mempengaruhi dan
mengarahkan bermacam-macam tingkatan arus komoditas. Halcrow (1981)
mengartikan
agribisnis hanya meliputi kegiatan industri jasa dan material untuk
usahatani
(produksi pertanian) dan industri pengolahan dan pemasaran hasil-hasil
pertanian. William dan Karen (1985) mengartikan agribisnis sebagai
perusahaan besar
(profit company) yang berbeda dengan petani kecil.
Ciri-ciri
agribisnis adalah merupakan suatu industri yang kompleks dan berstruktur
vertikal, setiap komponen secara terpisah
independen tetapi dalam arti yang luas
saling tergantung membentuk sebuah
sistem komoditas. Oleh karena itu
pengambilan keputusan yang baik
memerlukan pengertian tentang
keseluruhan struktur industri dan harus mampu memahami titik sentral dari
berbagai bagian yang relevan dari
berbagai bagian sistem struktural.
Berdasarkan
keterangan di atas, "agribisnis" secara luas dapat dipandang sebagai
"bisnis" yang berbasis pertanian. Secara struktural usaha bisnis ini
terdiri atas tiga sektor yang saling bergantung, yaitu (i) sektor masukan, yang
ditangani oleh berbagai industri hulu yang memasok bahan masukan kepada sektor
pertanian , (ii) sektor produksi (farm), yang ditangani oleh berbagai jenis
usahatani yang menghasilkan produk-produk bio- ekonomik, dan (iii) sektor
keluaran, yang ditangani oleh berbagai industri hilir yang mengubah hasil
usahatani menjadi produk konsumsi awetan/olahan dan yang menyalurkan produk ini
melalui sistem pemasaran kepada konsumen (Downey dan Erickson, 1989).
Dengan
demikian
"agribisnis" meliputi seluruh sektor yang terlibat dalam
pengadaan bahan masukan /input usahatani; terlibat dalam proses
produksi
bio-ekonomik; menangani pemrosesan hasil-hasil usahatani; penyebaran,
dan
penjualan produk-produk pemrosesan tersebut kepada konsumen. Dalam
kaitannya dengan komoditas di suatu wilayah , sebagian besar aktivitas
ekonomi dapat dilakukan oleh petani dan penduduk pedesaan dengan skala
ekonomi
yang berbeda-beda.
ANALISIS PEWILAYAHAN KOMODITAS
1. Seleksi Komoditas
Seleksi
komoditas dilakukan untuk mendapatkan alternatif komoditas yang sesuai
dikembangkan di suatu wilayah dengan lngkungan tumbuh tertentu. Inventarisasi
dimulai dari jenis- jenis komoditas yang banyak diusahakan oleh rakyat,
kemudian baru melibatkan jenis-jenis komoditas yang belum dikenal. Kriteria
yang digunakan sebagai dasar seleksi tertumpu pada segi agroteknologinya untuk
dikembangkan lebih lanjut serta potensi pasarnya baik domestik maupun ekspor,
nilai tambah ekonomi bagi petani serta dampaknya terhadap kesempatan kerja dan
kelestarian fungsi lingkungan hidup. Dari seleksi ini akan didapatkan beberapa
komoditas terpilih baik berupa tanaman pangan, perkebunan, maupun tanaman
hortikultura.
2. Analisis Budidaya dan Pengkajian Kelayakan Usaha
Uraian tentang
teknik budidaya meliputi persiapan tanam, pemeliharaan pertanaman, sampai
dengan pemungutan hasil. Berdasarkan pada teknologi budidaya yang diterapkan di lapang saat ini, dengan
penyesuaian seperti yang dianjurkan oleh lembaga penelitian. Selain itu pemilihan teknologi terutama didasarkan
pada kemampuan produsen, baik dari segi managerial maupun parsialnya.
Pertimbanagn yang sama juga berlaku bagi industri pengolahan dengan
mempertimbangkan skala yang memadai dan kemungkinan tersedianya bahan baku.
Modal usahatani maupun industri pengolahan diasumsikan berasal dari sistem
perbankan formal, sehingga tingkat bunga harus disesuaikan.
Lama analisis
keuangan atau finansial yang dilakukan akan bervariasi disesuaikan selama satu
siklus umur tanaman dengan lausan satu hektar.
Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahanya digunakan beberap[a tolok
ukur yaitu pendapatan B/C, MPV dan IRR, kecuali untuk tanaman semusim digunakan
pendapatn dan R/C.
STRATEGI PENANGANAN SISTEM AGRIKOMAN
Sebagaimana
dijelaskan dalam bagian sebelumnya, penyusunan konsep penanganan Sistem
Agribisnis Komoditas Andalan dilandasi dengan pendekatan "Agrosistem" dengan tiga aspek utamanya, yaitu aspek
teknis-teknologi (termasuk pertimbangan bio-fisik), aspek ekonomi-bisnis, dan
aspek sosial-budaya (termasuk kelembagaan penunjang).
pengembangan program harus tersusun secara
sistematis sehingga tahapan pelaksanaan dapat berjalan dengan baik, mulai dari
persiapan sampai usaha tersebut menghasilkan sesuatu.
(a). Penentuan
Kelompok Sasaran (POKSAR)
Program
pengembangan ini tentunya diproiritaskan bagi petani yang kurang mampu, dengan
harapan dapat meningkatkan kesejahteraan petani kecil. Dasar pertimbangannya adalah bahwa petani
tersebut biasanya kurang berani mengambil resiko kegagalan dan menanamkan modal untuk usaha yang belum
pernah ditekuni. Disamping itu petani tersebut kurang mampu untuk mencari
modal yang cukup besar untuk usahataninya.
Penentuan
kelompok sasaran ini dilakukan dengan cara seleksi yang mendasarkan kepada beberapa kriteria
yang dapat digunakan sebagai tolok ukur taraf hidup petani. Kriteria pemilihan berpedoman kepada beberapa
fasilitas sarana fisik yang dimiliki seperti, pemilikan ternak, alat transport,
luas lahan, rumah serta status pekerjaan.
Apabila petani tersebut lolos dari persyaratan minimal yang diajukan
maka tidak memenuhi syarat sebagai petani kurang mampu, sehingga tidak
mendapatkan prioritas bantuan dan sebaliknya.
Berdasarkan
kenyataan bahwa suatu usaha adalah suatu investasi bisnis, maka prinsip
kelayakan usaha juga harus menjadi pertimbangan. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
(1). Kelayakan Usaha Berdasarkan Finansial,
meliputi: Comparative advantage, enterprise choice cabang usaha, Opportunity
cost, dan Economic of scale.
(2). Kelayakan Usaha Berdasarkan Managerial,
meliputi : Sistem pengorganisasian, model kredit begulir, model pembinaan,
model pelunasan pinjaman, sistem keterkaitan dengan mitra usaha, dll.
(3). Kelayakan Usaha Berdasarkan Sosial, meliputi :
respon masyarakat, Partisipasi, dan daya jangkau kebutuhan masyarakat.
(b). Penyuluhan
Mengingat
tingkat pengetahuan petani lahan kering di wilayah pedesaan miskin sangat
terbatas, khususnya mengenai hal- hal yang mesih dianggap baru, maka petani
harus diperkenalkan dengan teknologi budidaya tanaman tersebut. Pengenalan
IPTEK baru ini meliputi beberapa aspek baik teknis maupun non teknis. Hal-hal
yang bersifat teknis misalnya teknologi budidaya yang perlu diperhatikan mulai
dari penyediaan bibit atau bahan tanam, pemupukan, pemeliharaan tanaman sampai
kepada pasca panennya. Hal yang
bersifat noon teknis misalnya manfaat tanaman bagi peningkatan pendapatan, prospek tanaman untuk memenuhi kebutuhan
pasar lokal maupun peluangnya untuk ekspor dan sebagainya. Dengan demikian petani akan terbuka
wawasannya dan mempunyai minat besar untuk mengembangkan komoditi
tersebut.
(c). Penyediaan bahan tanam/Bibit
Salah satu
aspek yang menentukan berhasil tidaknya suatu usahatani adalah tersedianya
bahan tanam baik berupa bibit maupun benih.
Kesalahan dalam memilih bahan tanam tersebut banyak yang mengakibatkan
kerugian yang membawa akibat fatal bagi petani.
Sebagai contoh, kalau seandainya petani ingin menanam kelapa, sementara
mereka tidak memperhatikan bibit yang digunakan sebagai bahan tanam, maka
kesalahan penggunaan bibit ini akan baru dirasakan setelah menunggu selama 5 -
7 tahun berikutnya. Sehingga petani
disamping rugi dengan biaya yang dikeluarkan, juga akan rugi waktu. Karena mereka bersusah payah menunggu sampai
bertahun-tahun akhirnya tanaman yang diusahakan tidak memuaskan.
MANAGEMEN SUMBERDAYA DAN ORGANISASI
Agribisnis
menghimpun sejumlah manusia yang bekerja sama untuk mencapai maksud dan tujuan
bersama. Segera setelah agribisnis
melibatkan lebih dari satu orang,
berbagai hal mengenai organisasi, personalia, kepemiminan dan faktor pemotivasi
pasti langsung bermunculan. Semakin
besar organisasi, semakin rumit dan semakin penting permasalahannya. Oleh karena salah satu tanggung jawab dasar
manajer adalah memperoleh, menata, memotivasi dan mengnedlaikan sumberdaya manusia, untuk
mencapai tujuan bisnisnya seefektif mungkin, maka manajemen harus mengemban
tanggung jawab tersebut.
Pengelolaan
sumberdaya manusia dalam agribisnis mempunyai banyak dimensi. Pertama,
melibatkan kesleuruhan fungsi personalia, yaitu perekrutan, pengangkatan,
pelatihan, pengevaluasian, pengajuan promosi, pengelolaan balas jasa dan
tunjangan, dan pada agribisnis tertentu berurusan dengan serikat pekerja. Selain itu, manajemen juga harus
mengembangkan struktur organisasi dimana
tanbggung jawab, wewenang, dan tanggung gugat perorangan dirumuskan dengna
jelas. Kemudian manajemen harus memusatkan
perhatian pada pengarahan dan pemantauan
kegiatan harian.
Kepemimpinan
akan menjadi faktor penentu keberhasilan bisnis apabila manajer berupaya
memotivasi dan mengendalikan sumberdaya
manusia untuk memaksimasi produktivitas.
"Manajemen"
dapat didefinisikan sebagai: seni untuk keberhasilan mencapai hasil yang
diinginkan secara gemilang dengan sumber-sumber yang tersedia bagi
organisasi.
(1).
Manusia yang melaksanakan manajemen
(Manajer)
Kemampuan manajer untuk mencapai hasil
melalui ornag lain snagat epenting sekali dlaam manajemen yang baik. Investasi berupa waktu dan perhatian kepada
bawahan sering mendatangkan imbalan sangat berharga.
(2).
Seni dan bukan ilmu.
Setiap orang dapat menggunakan
prinsip-prinsip manajemen untuk
mewujudkan pertumbuhan dan kemajuan
secara berkelanjutan.
(3).
Berhasil dengan gemilang.
(4).
Sumberdaya yang tersedia.
Manajer
menggunakan apa yang dimiliki untuk
memperoleh apa yang didinginkan, dan mereka berurusan dengan peluang , bukan
fantasi.
Konsep Manajemen
(1).
Konsep 6M
Daya upaya untuk mencapai hasil yang
diinginkan melalui pemanfaatan yang efektif atas sumberdaya yang tersedia
(Money, Markets, Material, Machinery, Methods, dan Man).
(2).
Konsep Perilaku
Manajer
memperluas dan memperkaya pekerjaan; memberi lebih banyak tanggungjawab dan
wewenang kepada setiap pekerja, dan menciptakan lingkungan kerja dimana para pekerja merasa
puas karena kebutuhannya diakui, diterima dan dipenuhi.
(3).
Konsep 5P.
Manajemen
merupakan sederetan fungsi : Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan,
Pengendalian, dan Pengkoordinasian. Dua
fungsi tambahan: Pengkomunikasian dan Pemotivasian.
Keberhasilan
agribisnis pada dasarnya tergantung pada
efektif-tidaknya pemanfaatan
sumberdaya organisasi oleh manajer.
Kemampuan untuk memanajemen atau mengelola sesuatu merupakan bakat bawaan, namun dapat juga merupakan
keahlian yang dapat dan harus dipelajari.
Bagi sementara orang, "manajemen" dianggap sebagai suatu
"kegaiban dan permainan sulap".
Namun tentu saja kesan seperti ini tidaklah profesional.
Dewasa
ini pendidikan bisnis telah sedemikian canggihnya dengan berbagai model dan
kelengkapannya.
Manajer
bisnis yang berhasil dibimbing oleh pronsip dan pengetahuan manajemen, hal ini
mengisyaratkan bahwa keahlian manajemen dapat dipelajari.
Bisnis
harus mencoba memahami, bahwa mereka harus bersedia menginvestasi waktu, uang,
dan daya-upaya untuk karyawan sebagaimana halnya dengan investasi dalam bentuk
tambahan peralatan dan perlengkapan.
Seorang
manajer dapat dipandang sebagai seorang yang menyiapkan organisasi dengan
kepemimpinannya dan bertindak sebagai katalisator perubahan. Manajer yang baik sangat efektif dalam
lingkungan yang memungkinkan perubahan bersifat kreatif.
Manajer
yang tidak efektif memusatkan pikirannya untuk melaksanakan sesuatu dengan cara
yang tepat, bukannya memikirkan apa yang tepat untuk dilakukan.
Ciri-ciri khusus manajemen agribisnis:
(1).
Jenis-jenis bisnis yang sangat
beraneka-ragam, mulai dari para produsen dasar hingga para pengirim, perantara,
pedagang borongan, penroses, pengepak, pembuatn barang, usaha pergudangan,
pengangkut, lembaga keuangan, pengecer, kongsi bahan pangan, restoran dan lain
sebagainya. Perjalanan sepotong roti
mulai dari bibit gandum hingga gudang grosir dan toko makanan jelas melibatkan
berbagai macam jenis usaha bisnis.
(2). Berjuta bisnis
yang berbeda-beda telah lazim menangani route dari produsen hingga pengecer dan konsumen.
(3).
Pembentukan agribisnis dasar (primer) di
sekeliling pengusaha tani. Para petani
(pengusaha tani) ini menghasilkan berbagai produk pertanian. Hampir
semua agribisnis terkait dengan pengusaha tani ini, baik secara
langsung
maupun tidak langsung.
(4). Ukuran agribisnis sangat beragam dan tidak
menentu, mulai dari yang berukuran raksasa hingga organisais yang dikelola oelh
satu orang atau satu rumahtangga.
(5).
Agribisnis berukuran kecil dan harus berjuang di pasar yang relatif bebas dnegna penjual yang berjumlah banyak
dan pembeli yang lebih sedikit.
(6). Falsafah hidup tradisional yang dianut oleh
para pelaku agribisnis cenderung mengakibatkan agribisnis lebih kolot
dibandingkan dengan bisnis lainnya.
(7).
Badan usaha agribisnis cenderung berorientasi pada keluarga. Suami dan istri seingkali terlibat dengna sangat baik pada
tahap pengoperasian dan tahap
pengambilan keputusan bisnis berdasarkan mitra kerja penuh.
(8).
Agribisnis cenderung berorientasi pada masyarakat . Banyak agribisnis berlokasi di kota kecil dan
pedesaan dimana hubungan antar perorangan
sangat penting dan ikatan ini bersifat jangka panjang. Antar ependuduk dan antar
rumahtangga saling kenal dalam jangka panjang.
(9).
Agribisnis bersifat musiman.
Maslaah-masalah khusus sering muncul sebagai akibat dari eratnya
ketergantungan antara agribisnis dengan
pengusaha tani, dan juga karena sifat musiman komoditas.
(10).
Agribisnis bertalian dengan gejala alam, seperti kekeringna, banjir, hama &
penyakit, dan cuaca/iklim.
(11).Dampak
dari program dan kebijakan pemerintah mengena langsung kepada agribisnis.
Manajemen Sumberdaya Manusia
Pada
dasarnya manajemen sumberdaya manusia dapat dibagi menjadi : (1) pengelolaan
fungsi dan (2) pengelolaan motivasi. Apabila orangnya dan pekerjaannya tidak
serasi, motivasi tidak akan timbul.
Tiga
hal pokok fungsi sumberdaya manusia dalam kebanyakan agribisnis adalah (a)
ukuran perusahaan, (b) pengetahuan mengenai fungsi sumberdaya manusia, dan
(c) falsafah manajemen puncak mengneai
sumberdaya manusia.
Fungsi
manajemen sumberdaya manusia:
(1).
Menentukan kebutuhan personil perusahaan
(2).
Mencari dan merekrut tenagakerja
(3).
Mengangkat atau memilih tenagakerja
(4).
Mengorientasikan tenagakerja pada
pekerjaannya
(5).
Menetapkan persyaratan kompensasi dan
tunjangan
(6).
Mengevaluasi prestasi kerja
(7).
Mengawasi pelatihan dan pengembangan
(8).
Mengadakan promosi atau kenaikan jabatan
(9).
Menangani pemutusan hubungna kerja atau
pemindahan.
Langkah
pertama manajemen sumberdaya manusia adalah perumusan pekerjaan yang akan
dilakukan. Tantangan perumusan pekerjaan
terletak pada rencana organisasional
yang tersusun dan berwawasan mendalam. Setiap posisi harus mempunyai job-goals
yang menunjang keberhasilan perusahaan.
Pekerjaan dapat dirumuskan dengna menggunakan dua pendekatan: (1)
spesifikasi kerja dan (2) uraian kerja.
Spesifikasi
kerja mengisyaratkan kualifikasi yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
secara memuaskan. Spesifikasi kerja ini
dapat mencakup beberapa aspek, yaitu:
(1). Maksud pekerjaan: tujuannya, kegiatan-kegiatan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
(2). Jenis pekerjaan: supervisi, pelatihan,
tanggungjawabnya; apakah pekerjaan merupakan tugas seumur hidup atau
menjanjikan peningkatan karir.
(3).
Persyaratan pekerja: pendidikan,
pengalaman, ketrampilan khusus, kesehatan, kepribadian dlsb.
(4).
Cara-cara khusus untuk menentukan kemampuan
pelamar: ujian, catatan kerja masa lalu, dlsb.
Uraian
kerja (job description) berittik berat
pada kegiatan dan tugas kerja .
Calon
karyawan dapat dicari pada banyak sumber.
Kualifikasi kerja, upah atau gaji, jenis dan ukuran organisasi, dan lokasi
agribisnis memainkan peranan penting dalam perekrutan karyawan. Pertimbangan
penting ialah rekomendasi dari karyawan sendiri yang selama ini telah selalu
bekerja dengan baik. Apabila pekerjaan memerlukan pelatihan dan pendidikan khusus, Balai
Latihan kerja atau penyuluh dapat
diminta untuk mencarikan calon pekerja.
Sumberdaya
manusia merupakan aktiva terpenting pada setiap agribisnis. Fungsi manajemen
sumberdaya manusia bersnagkut paut
dengan pengelolaan mekanisme
pengkaryaan. Semakin besar agribisnis,
semakin formal dan rumit proses tersebut; tetapi setiap agribisnis harus mampu
menyelenggarakan fungsi personalia secara tuntas.
Manajemen
sumberdaya
manusia mengawalinya dengan menentukan kebutuhan pengkaryaan. Dalam
hal ini biasanya harus ada perumusan atas pekerjaan dan pengembangan
uraian kerja sehingga personil yang tepat dapat direkrut. Perekrutan
mencakup usaha mencari calon
karyawan yang qualified atau berbobot,
wawancara, dan peran-serta dalam memilih yang terbaik. Setelah itu,
fungsi personalia harus senantiasa mengamati kegiatan-kegiatan pada
masa awal
pengkaryaan, orientasi, dan pelatihannya.
Fungsi
personalia lainnya ialah pengembangan dan pengelolaan program tunjangan
karyawan; asuransi, pensiun, kesehatan, kecelakaan kerja , pendidikan, dan
berbagai program untuk meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja.
Pada
kebanyakan agribisnis, fungsi personalia juga mencakup evaluasi prestasi kerja
karyawan secara teratur dan pengupayaan pertumbuhan profesional yang berkelanjutan
melalui program pelatihan dan pengembangan yang diselenggarakan. Pelatihan dapat dilaksanakan secara informal,
sambil kerja, atau berupa seminar formal, yang semuanya harus mengarah kepada
peningkatan produktivitas.
Pengelolaan
sumberdaya manusia merupakan tanggungjawab dasar bagi manajer agribisnis. Para
manajer harus mengembangkan struktur organisasi dimana tanggungjawab, wewenang, dan tanggung
gugat perorangan ditentukan secara
jelas. Manajemen harus mengarahkan dan
memantau kegiatan harian, memotivasi dan mengnedalikan para karyawan agar
berupaya mencapai produktivitas yang maksimum.
Banyak
agribisnis menggunakan bagan organisasi formal untuk memperjelas tanggung
jawab, wewenang dan tanggung uggat para karyawan. organisasi lini merupakan struktur
dimana setiap orang berada dalam rantai
komando dan mempunyai tanggungjawab langsung
bagi fungsi- fungsi utama dalam bisnis. Dalam struktur organisasi lini
dapat ditambahkan tenaga staf ahli tanpa diberi wewenang dan hanya berhak
memberi nasihat kepada para manajer lini organisasi; sedangkan dalam struktur
organisasi fungsional para staf ahli
diberi wwewenang untuk melaksanakan gagasan-gagasan dalam bidang tanggung-jawabnya.
Kepemimpinan
merupakan tugas yang menantang bagi hampir semua manajer agribisnis. Banyak
gaya kepemimpinan yang berbeda dan
berjenjang mulai dari yang bersifat otokratik, demokratik, hingga yang
bersifat bebas.
Pemotivasian
berarti mendorong karyawan agar
bertindak dalam cara- cara tertentu.
Maslow menjelaskan kebutuhan pokok manusia sebagai hierarkhi, pemenuhan
kebutuhan pokok inilah yang memotivasi
manusia. Namun demikian, faktor lainnya
seperti uang sudah merupakan bagian dari pengharapan wajar manusia
sehingga hal ini bukan lagi merupakan
faktor pemotivasi tetapi sudah merupakan faktor higienik, yang jika jumlahnya
tidak memadai, akan menciptakan ketidak puasan.
Analisis
transaksional merupakan salah satu model untuk memahami keinginan karyawan dan dan faktor
pemotivasinya. Analisis transaksional merupakan alat yang bagus untuk membantu para
manajer mengerti kehendak bawahan,
tetapi hal ini hanya perlu digunakan sebagai alat tambahan saja. Tidak ada rumus yang siap pakai atau jawaban
yang tepat dalam bentuk yang terbaik untuk memanajemeni manusia. Manajemen merupakan proses rumit yang
didasarkan pada sifat watak pemimpin,
sifat si terpimpin, dan situasi.
DESKRIPSI
PROFIL SISTEM AGRIBISNIS KOMODITAS MANGGA DI JATIM
1. Pendahuluan
Beberapa
permasalahan agribisnis mangga di Jawa Timur yang dapat diidentifikasikan
selama ini adalah:
(a). Volume ekspor buah mangga selama ini mengalami
fluktuasi yang sangat tajam dari waktu ke waktu. Beberapa faktor yang terkait
dengan masalah ini adalah potensial demand
pasar luar negeri dan domestik ; kendala-kendala kualitas (terutama
tentang jenis/varietas yang paling disukai konsumen); keadaan teknik
penanganan pascapanen; serta kendala-kendala kontinyuitas dan peningkatan
produksi buah.
(b).
Sebagian besar tanaman mangga ditanam
penduduk di lahan pekarangan di sela-sela tanaman lainnya. Alternatif pengembangan kebun mangga
monokultur pada lahan tegalan atau
perkebunan masih belum diketahui secara meyakinkan, apakah tanaman
mangga yang diusahakan secara komersial cukup "layak" (feasible)
baik ditinjau dari aspek finansial, ekonomi, maupun sosial.
(c).
Biaya investasi untuk pengusahaan mangga apabila dilakukan secara komersial
(perkebunan) cukup besar, sulit
terjangkau oleh petani yang permodalannya lemah. Oleh karenanya, dalam rangka
pengembangan agribisnis mangga, perlu
dikaji model pengelolaan yang dapat memecahkan masalah tersebut, termasuk
permodalan, pemasaran, transfer teknologi serta permasalahan lainnya.
2. Potensi Produksi Mangga
Perkembangan
produksi mangga di Jawa Timur semenjak tahun 1985 menunjukkan peningkatan
(Tabel 1). Tiga jenis mangga yang dominan adalah Arumanis, Gadung dan Manalagi
(Tabel 2)
Tabel
1. Perkembangan Produksi Mangga di Jawa
Timur Selama Tahun 1985-1990.
Tahun
|
Produksi
|
Perkembangan
|
(ton)
|
(% /th)
|
|
1985
|
186.250
|
-
|
1986
|
207.600
|
11.46
|
1987
|
284.850
|
37.21
|
1988
|
306.225
|
7.50
|
1989
|
452.500
|
47.77
|
1990
|
611.250
|
35.08
|
Sumber:
Diolah dari laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Timur
1991/1992
Tabel
2. Produksi Mangga Berdasarkan
Jenisnya di Jawa Timur, Tahun 1990
Jenis
Mangga
|
Produksi
|
Persen
|
(ton)
|
(%)
|
|
Arumanis
|
216.994
|
35.50
|
Golek
|
92.290
|
15.10
|
Manalagi
|
132.641
|
21.70
|
Jenis lain
|
169.316
|
27.70
|
Sumber:
Diolah dari Laporan Tahunan Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Jawa Timur, 1991/1992.
3. Wilayah
Agroekologi Mangga
Tanaman mangga
sangat cocok untuk daerah-daerah yang mempunyai bulan kering sekitar tiga bulan
(tipe iklim yang sesuai B2, C dan D), ia cukup tahan kekeringan. Di daerah yang beriklim basah tanaman mangga
sering mengalami ganggua seperti
kerontokan bunga, gangguan penyakit Gleosporium dan penggerek buah. Di daerah iklim kering diperlukan persyaratan
bahwa kedalaman air tanah tidak boleh lebih dari 200 cm. Tanaman ini kurang sesuai untuk daerah
dataran tinggi (>1000 m dpl). Periode
kering sebelum dan sewaktu pembungaan sangat diperlukan untuk keberhasilan
pembuahan, sedangkan cuaca berawan dan banyak hujan pada saat pohon berbunga
dapat mengganggu perkawinan bunga dan mengakibatkan kerontokan. Karakteristik
tanah yang sesuai adalah gembur dan tekstur lempung berpasir, dan solumnya
cukup dalam.
Tiga macam
faktor agroekologi utama yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman mangga adalah ketinggian tempat, pola hujan sepanjang tahun, dan solum
tanah. Sedangkan faktor-faktor agroekologi lain yang dapat membatasi
produktivitas tanaman mangga adalah (i) salinitas tanah yang tinggi, (ii) muka
air tanah yang terlalu dangkal, (iii) tekstur tanah liat berat, (iv) drainase
tanah yang jelek/daerah genangan/banjir, (v) faktor khusus. Hasil evaluasi rekonaisans
di Jawa Timur diabstraksikan dalam Tabel 3.
Secara
general, wilayah pengembangan mangga di Jawa Timur dapat dijelaskan seperti
berikut.
(1).
Wilayah pengembangan dataran menengah
beriklim basah (400-1000 m dpl, CH = > 2000 mm/tahun)
Daerah ini kurang sesuai bagi tanaman
mangga, faktor pembatasnya adalah curah hujan yang berlebihan. Pada saat
tanaman mangga menghendaki periode kering ternyata masih turun hujan. Oleh karena itu kasus yang sering terjadi
ialah kerontokan bunga dan bakal buah.
(2).
Wilayah pengembangan dataran menengah beriklim agak basah (400- 1000 m dpl, CH
= 1000 - 2000 mm/tahun)
Sebaran wilayah ini di Jawa Timur sangat
luas dengan kondisi agroekologi sangat beragam. Keadaan ini memungkinkan berbagai jenis
mangga tumbuh dan berkembang dengan baik. Kendala yang mungkin dihadapi adalah
solum tanah yang tipis, tekstur liat berat atau berpasir.
(3).
Wilayah pengembangan dataran rendah
beriklim kering
(0-400
m dpl, CH = < 1000 mm/tahun)
Wilayah pengembangan ini hanya sesuai
bagi tanaman mangga yang tahan terhadap kekeringan, yaitu jenis-jenis lokal
yang mempunyai perakaran sangat dalam dan luas, penetrasinya kuat dan umumnya
mempunyai tajuk yang daunnya kecil-kecil. Kendala yang lazim adalah cekaman air
tanah yang mengakibatkan kegagalan fruitset.
Tabel
3. Klasifikasi lahan bagi pengembangan
mangga di Jawa Timur (Soemarno dkk, 1992)
N
|
Development zones
|
Altitude
|
Tipe
|
Solum
|
Possible constraint*)
|
||||
o
|
(Symbols)
|
( m dpl
|
iklim
|
(cm)
|
|||||
1.
|
A1R1S1 (Sesuai)
|
0-400
|
C2-C3
|
>
100
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
|
2.
|
A1R1S2 (Sesuai)
|
0-400
|
C2-C3
|
60-100
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
|
3.
|
A1R1S3 (Kurang
sesuai)
|
0-400
|
C2-C3
|
<
60
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
|
4.
|
A1R2S1 (Kurang
sesuai)
|
0-400
|
D
|
>
100
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
|
5.
|
A1R2S2 (Kurang
sesuai)
|
0-400
|
D
|
60-100
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
|
6.
|
A1R3S1 (Kurang
sesuai)
|
0-400
|
B; E
|
> 100
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
|
7.
|
A1R3S2 (Kurang
sesuai)
|
0-400
|
B; E
|
60-100
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
|
8 .
|
A2R1S1 (Sesuai)
|
400-1000
|
C2-C3
|
>
100
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
|
9 .
|
A2R1S2 (Sesuai)
|
400-1000
|
C2-C3
|
60-100
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
|
10
|
A2R1S3 (Cukup
sesuai)
|
400-1000
|
C2-C3
|
<
60
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
|
11
|
A2R2S1 (Cukup
sesuai)
|
400-1000
|
D
|
>
100
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
|
12
|
A2R2S2 (Cukup
sesuai)
|
400-1000
|
D
|
60-100
|
k1 ;k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
|
13
|
A2R2S3 (Kurang
sesuai)
|
400-1000
|
D
|
<
60
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
|
14
|
A2R3S1 (Kurang
sesuai)
|
400-1000
|
B; E
|
>
100
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
|
15
|
A2R3S2 (Kurang
sesuai)
|
400-1000
|
B; E
|
60-100
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
|
16
|
A3R2S3 (Tidak
sesuai)
|
>1000
|
D
|
<
60
|
k1; k2
|
k3
|
k4
|
k5
|
Keterangan
: *) Kendala yang mungkin ada; k1 = salinitas yang tinggi; k2 = kedalaman muka
air tanah < 50 cm; k3 = tekstur tanah
liat berat; k4 = drainase buruk/daerah genangan/banjir; k5 = kekeringan; k6 = kondisi iklim (suhu dan kelembaban
udara) ; k7 = curah hujan berlebihan.
(4).
Wilayah pengembangan dataran rendah beriklim agak basah (0-400 m dpl, CH =
1000-2000 mm/tahun)
Wilayah
ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi pusat produksi mangga. Kondisi agroklimat umumnya sesuai bagi
pertumbuhan dan produksi mangga. Periode
kering cukup panjang bagi periodisasi pertumbuhan tanaman mangga. Kendala yang
mungkin dihadapi adalah muka air tanah yang terlalu dangkal, drainase yang
jelek atau genangan air, dan tekstur tanah liat berat.
4. Pusat produksi mangga
Tanaman mangga
di Jawa Timur tersebar pada hampir seluruh wilayah. Daerah-daerah sentra
produksi aktual mangga di Jawa Timur disajikan
dalam Tabel 4.
Tabel 4.
Daerah Sentra Produksi Mangga di Jawa Timur
Kabupaten
|
Produksi buah (ton) Kultivar:
|
||||
Arumanis
|
Golek
|
Lainnya
|
|||
1.
|
Pasuruan
|
44.436
|
27.025
|
29.143
|
|
2.
|
Probolinggo
|
28.895
|
2.565
|
9.620
|
|
3.
|
Kediri
|
4.962
|
8.575
|
24.850
|
|
4.
|
Lumajang
|
7.040
|
4.128
|
13.760
|
|
5.
|
Jombang
|
17.940
|
1.331
|
5.430
|
|
6.
|
Gresik
|
7.524
|
1964
|
9.642
|
|
7.
|
Mojokerto
|
7.434
|
1.127
|
8.270
|
|
8.
|
Ponorogo
|
7.560
|
975
|
7.515
|
Sumber:
Diolah dari Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Timur,
1991/92.
5. Keragaan Sistem Agribisnis Mangga
5.1. Usahatani
Tanaman mangga
pada umumnya diusahakan di lahan pekarangan secara sambilan. Estimasi tentang
persentase luas pengusahaan mangga berdasarkan sistim pengusahaannya disajikan
dalam Tabel 5.
Tanaman mangga
di lahan pekarangan penduduk tidak mendapatkan perawatan secara memadai,
pemupukan dilakukan ala kadarnya, pemangkasan tajuk tidak dilakukan. Sebagian
besar tanaman berumur tua dan ditanam dari biji.
Tabel 5. Estimasi
Persentase Usahatani Tanaman Mangga Berdasarkan Sistem Pengusahaannya
Farming systems
|
% luasan
|
|
1.
|
Mangga diusahakan pada lahan pekarangan
|
90 - 95
|
2.
|
Mangga diusahakan pada lahan
|
|
tegal dan tumpangsari dengan tanaman pangan
|
± 5.0
|
|
3.
|
Mangga diusahakan pada lahan
|
|
tegal secara monokultur
|
± 1.0
|
Sumber:
Soemarno dkk., 1992.
5.2. Produktivitas mangga
Jumlah tanaman
mangga dan produksinya di daerah sentra produksi Probolinggo disajikan dalam
Tabel 6.
Tabel
6. Jumlah Tanaman dan Produksi Buah
Mangga di Kabupaten
Probolinggo, 1990/91.
Kultivar
|
Jumlah pohon mangga:
|
Produksi
|
||
Productif
|
Muda
|
Total
|
buah
|
|
(kw)
|
||||
Gadung
|
95.527
|
55.520
|
151.047
|
137.085
|
Manalagi
|
44.735
|
33.149
|
77.884
|
58.357
|
Golek
|
20.950
|
23.986
|
44.936
|
35.803
|
Madu
|
7.229
|
18.303
|
25.532
|
7.898
|
Jenis lain
|
45.972
|
63.932
|
109.904
|
142.372
|
Jumlah
|
214.413
|
204.890
|
419.303
|
381.515
|
Sumber:
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten
Probolinggo, Jawa Timur, 1991/1992.
5.3. Usahatani mangga rakyat
Deskripsi
ringkas sistem usahatani mangga yang dilakukan oleh petani sebagaimana
disajikan dalam Tabel 7.
5.4. Sistem Pemasaran
Buah mangga
pada umumnya dikonsumsikan dalam bentuk segar, kurang dari satu persen dari
total produksi yang diproses menjadi bentuk olahan (Direktorat Bina Produksi Hortikultura,
1986). Buah mangga sebagian besar dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri.
a. Saluran Pemasaran. Buah
mangga yang dihasilkan di Kabupaten
Pasuruan, Probolinggo dan sekitarnya dipasarkan di dalam wilayah Kabupaten
dan sebagian dikirim ke luar wilayah.
b. Cara Pemasaran
Penjualan buah
mangga pada umumnya dilakukan melalui tiga cara, yakni tebasan, ijon dan
kontrak. Sebagian besar petani melakukan pemasaran mangganya dengan cara
tebasan (80%), sisanya dengan cara ijon dan kontrak. Dalam hal ijon dan
kontrak, penentuan harga sangat didominasi oleh pedagang.
Tabel 7. Deskripsi Sistem Usahatani Mangga Yang Dilakukan Petani,
1992/1993
Kondisi aktual
|
|
1. Rata-rata jumlah pohon
|
3-5 pohon
|
2. Lahan yang digunakan
|
Lahan
pekarangan
|
3. Jarak tanam
|
Tidak
beraturan
|
4. Sistim penanaman
|
Sebagian
besar berasal dari
|
cangkokan
|
|
5. Jenis mangga yang
|
Arumanis (gadung) dan
|
banyak
diusahakan
|
Manalagi
|
6. Pemangkasan
|
Umumnya dilakukan pada
|
waktu
tanaman umur 1-3 tahun
|
|
7. Pemupukan
|
Umumnya dilakukan pada waktu
|
tanaman
umur 1-2 tahun
|
|
8.Pemberantasan hama dan penyakit
|
Jarang dilakukan
|
Sumber:
Soemarno dkk. 1992.
c. Marjin pemasaran
Marjin
pemasaran mangga di Kabupaten Probolinggo sebagaimana Tabel untuk pemasaran sampai luar Probolinggo
(ke Jakarta) . Market Share petani dari harga beli konsumen hanya sebesar lebih
kurang 45% (Tabel 8).
Tabel
8. Pemasaran Mangga dari Kabupaten
Probolinggo ke luar Kabupaten, 1992/1993
Aktivitas
|
Nilai
|
Pangsa
|
(Rp/100 buah)
|
(%)
|
|
1. Petani
|
||
Harga
jual
|
14.280
|
44.70
|
2. Pedagang pengumpul
|
||
a. Harga
beli
|
14.280
|
44.70
|
b.
Biaya
|
||
-
Panen
|
714
|
2.23
|
-
Sortasi
|
460
|
1.44
|
-
Packing
|
1.285
|
4.02
|
-
Transport lokal
|
250
|
0.78
|
- Kuli
angkut
|
860
|
2.69
|
-
Transpor ke luardaerah (Jakarta)
|
5.732
|
17.94
|
Total
|
9.301
|
29.12
|
c. Harga
jual
|
31.945
|
100
|
d.
Keuntungan
|
8.355
|
26.15
|
Sumber:
Soemarno dkk, 1993
5.5. Agroteknologi mangga
Berdasarkan
hasil penelitian di Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo diperoleh informasi
tentang agro-teknologi mangga seperti yang diabstraksikan dalam Tabel 9.
Sebagian besar petani mangga di dua daerah sentra produksi mangga (Pasuruan dan
Probolinggo) kurang menerapkan teknologi budidaya mangga. Terutama para
petani yang menanam mangga di pekarangan dapat dikatakan belum melakukan usaha
kearah peningkatan teknologi budidaya, atau boleh dikatakan melakukan budidaya
apa adanya.
6. Tingkat Kelayakan
6.1. Aspek Agroekologi
Tanaman mangga
dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik
pada tempat-tempat dengan
ketinggian 0-600 meter diatas permukaan laut, sedangkan kondisi yang
ideal adalah 0-300 m dpl. Syarat-syarat tumbuh (pola hujan) untuk tanaman
mangga sebagai berikut :
(1).
Daerah-daerah yang kondisi iklimnya ditandai oleh bulan basah kurang dari 9
bulan dan bulan kering minimal 2 bulan, daerah toleransinya adalah 7-8 bulan
basah dan 4-5 bulan kering . Kedalaman muka air tanahnya 50 cm atau lebih, sehingga
tidak terjangkau oleh sistem perakaran .
(2).
Daerah-daerah yang bulan basahnya 5-7 bulan dan bulan
keringnya 4-6 bulan, dengan kedalaman muka air tanah 50 cm sampai 150 cm.
(3).
Daerah-daerah yang bulan basahnya kurang
dari 5 bulan dan bulan keringnya 6 bulan, sampai yang bulan basahnya 2-4 bulan
dan keringnya 8 bulan, dengan kedalaman muka air tanahnya 50 cm sampai dengan 150 cm di bawah
permukaan.
6.2. Prospek
pengembangan Mangga
Keberhasilan
pengembangan mangga di Jawa Timur menghadapi beberapa faktor:
(a). Swa sembada pangan
Pengembangan
tanaman mangga haruslah diarahkan pada lahan kering (pekarangan, tegalan, kebun
campuran, dan lahan-lahan kritis). Arah kebijakan ini dipertegas oleh Dinas
Pertanian Cabang Kabupaten yang menggelarkan "gerakan mangganisasi",
yaitu menanam tanaman mangga pada setiap
jengkal lahan yang kosong.
(b). Pengelolaan lahan kritis
Lahan-lahan
kritis di Jawa Timur sampai saat ini masih memer lukan penanganan yang lebih
serius, terutama yang berada di kawasan lahan usaha milik penduduk. Kenyataan
ini mendorong adanya kebijakan Pemerintah Daerah untuk menggerakkan program
penghijauan. Jenis tanaman unggulan yang dianjurkan adalah mangga, karena
tanaman ini disamping untuk tujuan penghijauan sekaligus dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat.
(c). Respons petani
Respon petani
untuk menanam mangga pada lahan kering (pekarangan, tegalan, kebuun, dan
lahan-lahan terlantar) cukup besar. Untuk lebih membantu respon penduduk ini
pemerintah daerah telah mengarahkan bantuan pembangunan desa untuk pengadaan
bibit mangga yang baik.
(d). Intensifikasi penggunaan lahan
Intensitas
penggunaan lahan kering masih sangat rendah yakni satu sampai dua kali setahun
(tanam yang kedua kadang-kadang berhasil dipanen dan kadang-kadang gagal
dipanen karena mengalami kekeringan). Pada musim kemarau lahan-lahan seperti
ini praktis tidak menghasilkan produk, sehingga lazimnya dikategorikan sebagai
lahan "Sleeping Land". Dengan demikian penanaman mangga pada lahan
seperti ini diharapkan dapat meningkatkan intensitas produktivitasnya.
Tabel 9. Keadaan
Agro-Teknologi Budidaya
Mangga di Kabupaten Pasuruan dan
Probolinggo .
Pasuruan
|
Probolinggo
|
|||
Home-yards
|
Gardens
|
Homeyards
|
Gardens
|
|
I. Bibit dan Pembibitan
|
||||
a. Asal
bibit
|
||||
-
Sendiri
|
75.0 %
|
36.5 %
|
55 %
|
20%
|
-
Membeli
|
25.0 %
|
63.5 %
|
45 %
|
80
|
b. Cara
Pembibitan
|
||||
-
Biji
|
55.0 %
|
0
|
15 %
|
-
|
-
Sambungan
|
26.0 %
|
55.0
|
30 %
|
60%
|
-
Okulasi
|
15.0 %
|
30.0
|
20 %
|
40
|
-
Cangkok
|
4.0 %
|
15.0
|
35 %
|
-
|
c. Jarak
Tanam; m
|
||||
- Tak
teratur
|
8 x 8
|
-
|
7 x 7
|
-
|
-
Teratur
|
10 x 10
|
12 x 12
|
10 x 10
|
10 x 10
|
d.
Sistim Penanaman
|
||||
-
Tumpangsari
|
100 %
|
75 %
|
85 %
|
50%
|
-
Monokultur
|
-
|
25 %
|
15 %
|
50
|
II. Pemeliharaan
|
||||
a.
Pemangkasan/
|
||||
Benalu
|
55.55 %
|
40.75 %
|
50 %
|
80%
|
b.
Pemupukan
|
11.00 %
|
55.00 %
|
20 %
|
90%
|
c.
Pemberantasan
|
||||
hama
penyakit
|
5.00 %
|
45.00 %
|
12 %
|
70%
|
d.
Penyiangan
|
40.00 %
|
75.00%
|
20 %
|
80%
|
III. Jumlah rata-rata
|
4 pohon
|
60
|
3
|
40
|
pohon
setiap orang
|
Sumber:
Soemarno, dkk. 1992.
(e). Peningkatan pendapatan petani
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tanaman mangga membe rikan sejumlah pendapatan
keluarga. Kenyataan ini menunjukkan bahwa apabila pengembangan mangga diarahkan
pada lahan-lahan petani tersebut diharakan dapat meningkatkan pendapatan
petani.
6.3. Aspek Sosio-teknologi
Penguasaan
agroteknologi mangga oleh penduduk pada umumnya sudah menguasai syarat minimal,
akan tetapi untuk menuju kepada usahatani yang lebih intensif masih diperlukan
tambahan informasi teknologi inovatif. Teknologi bibit dan pembibitan,
penanaman bibit dan perawatan tanaman, serta fungsi pascapanen sederhana telah
dikuasai penduduk.
6.4. Ketersediaan sarana produksi
Ketersediaan
sarana produksi untuk pengembangan mangga yang terpenting adalah bibit yang
kualitasnya baik. Potensi bibit mangga
di Jawa Timur masih dapat dikembangkan lagi sesuai dengan permintaan pasar.
Dalam rangka penyediaan bibit mangga, peranan masyarakat dalam usahatani
pembibitan mangga dipandang perlu dilibatkan, karena usahataninya cukup efisien
dan meningkatkan pendapatan petani (Tabel 10).
6.5. Aspek Finansial
a. Tingkat profit
Usahatani mangga
apabila akan dikembangkan secara
kormersial dalam bentuk kebun mangga monokultur, terlebih dahulu perlu
dievaluasi keuntungannya. Perkiraan biaya investasi dan keuntungan
iusahatani kebun mangga monokultur
disajikan dalam Tabel 11 dan 12.
Ramalan
produksi mangga dilakukan hingga umur ekonomi tanaman mangga 30-35 tahun pada
tingkat produktivitas medium. Hal ini dilakukan dengan alasan untuk
memperhitungkan faktor resiko dikarenakan adanya mangga yang tidak bisa
dipasarkan karena busuk, terlalu kecil, kecurian, gangguan hama-penyakit dan
lain-lain. Berdasarkan estimasi cash flow selama 30 tahun diperoleh informasi
bahwa tanaman mangga baru mendatangkan keuntungan setelah umur 5 tahun.
Sedangkan apabila modalnya berasal dari kredit akan dapat terlunasi pada tahun
ke-10. Besarnya keuntungan mangga pada "discount rate" 18 persen per
tahun dengan "Net Present Value" (NPV) sekitar Rp.4.000.000,-
sedangkan besarnya "Internal Rate of Return" (IRR) sekitar 32.5 persen.
Dengan informasi ini dapat disimpulkan bahwa secara finansial usahatani kebun
mangga secara monokultur sangat menguntungkan.
Tabel
10 . Analisis Usaha pembibitan mangga dengan volume 1500 buah bibit mangga
Bahan
:
|
|
a. Sewa Tanah 015 Ha
|
Rp.
150.000.-
|
b. Benih
2000 x Rp. 10
|
Rp.
20.000.-
|
c. Pupuk
I 10 Kg x Rp. 170.-
|
Rp.
1.700.-
|
II 30 Kg x Rp. 170.-
|
Rp.
5.100.-
|
d. Tali Plastik
|
Rp.
1.000.-
|
e. Kranjang
2000 x Rp. 50.-
|
Rp.
100.000.-
|
f. Entris
2000 x Rp. 15
|
Rp.
30.000.-
|
Rp.
307.800.-
|
|
Tenaga_Kerja
:
|
|
a. Pengolahan Tanah:
|
|
-
Bajak 10 HKSP x Rp. 2.000.-
|
Rp.
20.000.-
|
-
Bedengan 17.5 HKSP x Rp. 2.000.-
|
Rp.
35.000.-
|
b. Penanaman:
|
|
- Ajir
& tanam 125 HKSP x Rp.2.000
|
Rp. 25.000.-
|
c. Pengairan:
|
|
-
Penyiraman 25 HKSP x Rp. 2.000.-
|
Rp. 50.000.-
|
-
Pengairan 24 HKSP x Rp. 2.000.-
|
Rp. 48.000.-
|
d. Penyiangan
18 HKSP x Rp. 2.000.-
|
Rp. 36.000.-
|
e. Pemupukan
10 HKSP x Rp. 2.000.-
|
Rp. 20.000.-
|
f. Penyambungan
1500 x Rp. 100 .-
|
Rp. 150.000.-
|
g. Pemanenan &
|
|
pembungkusan 50 HKSP x Rp. 2.000.-
|
Rp. 100.000.-
|
Total
|
Rp. 484.000.-
|
Produksi : 1500
bibit x Rp. 1.250.-
|
Rp. 1.875.000.-
|
Total biaya: Rp.307.800 + Rp. 484.000
|
Rp.
791.800.-
|
Pendapatan :
|
Rp. 1.083.200.-
|
Sumber:
Soemarno dkk.,1993.
7. Kebun Percobaan Mangga
7.1. Pendahuluan
Kebun
percobaan tanaman mangga Cukur Gondang terletak di desa Cukur Gondang,
Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan. Luas areal seluruhnya kurang lebih 11 Ha.
Jenis tanahnya termasuk komplek latosol dengan ketinggian 50 m di atas
permukaan laut. Rataan curah hujan tahunan 1100 mm, dengan suhu udara rata-rata
31 oC.
Kedalaman air tanah dapat mencapai sekitar 1,5 m di bawah permukaan tanah.
Tabel
11. Biaya Investasi Awal Untuk Usahatani Mangga di Probolinggo dan
Pasuruan
Uraian
|
Satuan
|
Volume
|
Nilai (Rp)
|
1. Sewa tanah
|
Ha
|
1
|
200.000
|
2. Sarana pengairan
|
Buah
|
2
|
400.000
|
(pembuatan sumur)
|
|||
(@ Rp.
200.000
|
|||
3. Sarana produksi:
|
|||
a. Bibit
|
batang
|
175
|
218.750
|
b. Pengolahan tanah
|
HKSP
|
11
|
22.000
|
c. Penanaman
|
HKSP
|
20
|
40.000
|
d. Pengairan
|
HKSP
|
8
|
16.000
|
e. Pupuk dan rabuk
|
unit
|
175
|
43.750
|
Sub Total
|
340.500
|
||
Total of initial invesment
|
940.500
|
Sumber: N.
Hanani dkk. 1992.
Tabel
12. Analisis Keuntungan Usahatani kebun mangga (untuk setiap Hektar kebun
Mangga)
Keterangan
|
Keadaan
|
1. Umur mulai berproduksi
|
4 tahun
|
2. Umur impas permodalan
|
10 tahun
|
3. Net Present Value (NPV)
|
|
dengan DF
= 18 %
|
Rp. 4.059.068
|
4. Internal Rate of Return (IRR)
|
32.77 %
|
5. Nilai Break Event Point (BEP)
|
|
a.
Produksi
|
189 buah / pohon
|
b.
Harga
|
Rp. 24.4 / buah
|
Sumber: Soemarno dkk, 1993.
Tanaman
uatamanya adalah mangga yang merupakan tanaman koleksi. Pada umumnya tanaman
ini sudah tua ( ditanam tahun 1941). Adapun tanaman lainnya adalah koleksi
pisang, tanaman pekarangan, tanaman buah-buahan aneka warna. Koleksi mangga
terdiri dari 197 jenis yang berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat
dan luar negeri. Pada bulan juni 1981 yang baru lalu ditambah 6 jenis mangga baru
asal Pakistan.
KESIMPULAN
Pada kesimpulan dalam makalah agribisnis ini yaitu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usah – usaha para
anggotaorganisasi dan penggunaan sumber dayanya agar mencapai tujuan yangtelah ditetapkan.
Dan dalam fungsi manajemen hal yang terpenting
adalah fungsi perencanaan karena fusngsi ini adalah awal dari semua
dalam memulai usaha perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi,
S. 1991. Pengaruh Beberapa macam Media terhadap Pertumbuhan Tiga Varietas
Batang Bawah Mangga dan Keberhasilan Sambungan Muda dengan Teknik
Mini-Trees. Tesis S1, Jurusan Budidaya
Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.
Affandie,
A. 1995. Abstraksi Agroteknologi Jeruk di Jawa Timur. Prosiding Lokakarya Review
Hasil-hasil Penelitian dalam Rangka Implementasi PIP Unibraw 1990/91- 1993/94.
Lembaga Penelitian Unibraw.
Aliudin.
1979. Masalah kerontokan buah pada
mangga. Departemen Agronomi, Fakultas
Pertanian, Unibraw.
Aravindakshan,M.
dan J. Philip. 1980. Effect of varying
doses of NPK on growth and vigour of mango during prebearing stage. South Indian Horticulture 28(3): 94-97
Arifin,
M.S. 1986. Studi tentang Penggunaan Zat Penghambat Pertumbuhan pada Buah Mangga
(Mangifera
indica L.). Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw,
Malang.
Astawa,
I,N,G. 1986. Pengaruh beberapa Wadah Pembibitan dan Pemupukan Terhadap
Pertumbuhan Berbagai Jenis Mangga Sebagai Bahan Batang Bawah. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta
Unibraw, Malang.
Budhi,
D.D. 1988. Pengaruh Penyambungan terhadap Tingkat Keberhasilan dan Pertumbuhan
Tiga Varietas Batang Bawah Mangga. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian,
Faperta Unibraw, Malang.
Das,
G.C. dan J. Panda. 1975. Study on the effect of B- nine (N-Dimethyl Amino
Succinamic Acid) and Maleic Hydrazide on vegetative shoots of late occurrence
in mango. Orissa Jour. of Hort. 4(1&2): 33-36.
Direktorat
Gizi, Departemen Kesehatan RI. 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhatara Karya Aksara, Jakarta.
Downey,
W.D. dan S.P. Ericson. 1989. Management Agribisnis. Penerbit Erlangga, Jakarta.
FAO.
1978. A Framework for Land Evaluation.
Soils Bulletin No. 32. Food and
Agriculture Organization of The United Nations. Rome.
FAO.
1978. Agro-ecological Zone Project. Soil Resources
Report No. 48. .
Hanani,
N. 1991. Studi Kelayakan Pengembangan Komoditas komoditas andalan dalam Rangka
Peningkatan Ekspor dan Agribisnis Hortikultura. Laporah Hasil Penelitian No
Kontrak 351/P4M DPPM/BD XXI/1990. Fakultas Pertanian Unibraw.
Hanani,
N., A. Affandie dan Soemarno. 1995. Deskripsi Sistem Agribisnis Mangga di Jawa
Timur. Prosiding Lokakarya Review Hasil-hasil Penelitian dalam Rangka
Implementasi PIP Unibraw 1990/91- 1993/94. Lembaga Penelitian Unibraw.
Hanani,
N., R. Dwiastuti, Syafrial, S. Wijana, M. Dewani dan A. Affandie. 1991. Studi
Pengembangan Agribisnis Mangga di Jawa Timur. Laporan Hasil Penelitian PHB I/1
DP-4M, Lembaga Penelitian Unibraw.
Handajani,
S. 1979. Mencagah kerontokan buah
mangga. Cabang Lembaga Penelitian Hortikultura, Malang.
Hussein,
M.A., dan K.E. Youssef. 1973.
Physico-chemical Parameter as An
Index of Optimum Maturity in Egyptian Mango Fruit, Mangifera indicaL. Hort.
Dept., Univ. of Assiut, Assiut, Egypt.
Idiyah,
S. 1987. Studi Budidaya Tanaman Mangga (Mangifera indica L.) di Balai Benih Induk
Pohjentrek , Kebun Percobaan Kraton dan Kebun Percobaan Cukur-Gondang Pasuruan.
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Unibraw, Malang.
Imam
Syafii. 1995. Deskripsi Sistem Agribisnis Tanaman Melinjo di Magetan. Prosiding
Lokakarya Review Hasil-hasil Penelitian dalam Rangka Implementasi PIP Unibraw
1990/91- 1993/94. Lembaga Penelitian Unibraw.
Ingdrawati,
M.L.A. 1989. Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis Lokal yang Berpotensi Sebagai Batang
Bawah terhadap Keberhasilan Sambungan dengan Batang Atas Mangga Gadung. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta
Unibraw, Malang.
Kartasapoetra,
G., A.G. Kartasapoetra dan R.G. Kartasapoetra. 1985. Management Pertanian
(Agribisnis). Bina Aksara, Jakarta.
Kuntari,
Y.B. 1989. Pengaruh Letak Sambungan dan Waktu Defoliasi Batang Atas Terhadap
Keberhasilan Grafting pada Mangga Batang Bawah Varietas Madu. Tesis S1, Jurusan
Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw.
Kusumaningsih,
D. 1990. Pengaruh Pemangkasan dan Pemberian Dormex terhadap Pemecahan
Kuncup dan Pertumbuhan Tunas Lateral
pada Bibit mangga Varietas Lokal. Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta
Unibraw.
Kusumo,
S. dan T. Suminto. 1971. Jenis-jenis
Mangga yang Baik Untuk Buah Meja. Bulletin
Tjahort. 5: 1-24.
Masyrofie
dan Soemarno. 1995. Sistem Agribisnis Kenanga di Jawa Timur. Prosiding
Lokakarya Review Hasil-hasil Penelitian dalam Rangka Implementasi PIP Unibraw
1990/91- 1993/94. Lembaga Penelitian Unibraw.
Mujiono.
1988. Pengaruh Cara Penyambungan terhadap Tingkat Keberhasilan dan Pertumbuhan
Beberapa Varietas Batang Atas Mangga (Mangifera indica L.). Tesis S1,
Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.
Musrifah,
S. 1991. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pembibitan Buah Mangga
(Mangifera
indica L.). Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw,
Malang.
Notodimedjo, S.
1983. Pengantar Ilmu
Hortikultura. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya Malang.
Oetomo,
T.K. 1987. Pengaruh Penggunaan Berbagai Dosis Herbisida Otyfluorfen Dalam
Pengendalian Gulma dan Akibatnya terhadap Pertumbuhan Tanaman Mangga (Mangifera
indica L.) Varietas Madu di Pesemaian. Tesis S1, Jurusan Budidaya
Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.
Patel,
B.M. dan R.S. Amin. 1981. Investigation
Into the Best Period for Soft Wood
Grafting of Mango in Situ South Indian Horticulture. 29(2):90-94.
PPA.
1988. Commodity Profiles, Pusat Pengembangan AGribisnis, Jakarta.
Purbiati,
T., Widodo, dan A. Supriyanto. 1986.
Pengaruh Media dan Saat Penyambungan pada Pembibitan Mangga Secara
Cepat. Sub Balai Penelitian Hortikultura, Malang. Hortikultura No. 21: 84-92.
Purushatham,
K. dan B. Narasimhan. 1981. Depletion of Soil Moisture by Young Mango
Trees With and Without Irrigation. South
Indian Horticulture 29(1):68-69.
Purwati,
S. 1987. Budidaya Tanaman Mangga dan Permasalahannya di Kabupaten Pasuruan.
Laporan Praktek Kerja Lapang, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw,
Malang.
Rachim,
F. 1988. Pengaruh KNO3 pada Pertumbuhan
Vegetatif dan Generatif mangga Varietas Gadung, Golek, dan Kopyor. Tesis S1,
Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.
Rao,
V.N.V., J.B.M.M.A. Khader. 1980. Effect
of Pruning and Thinning of Young
Shoot Clusters of Mango Vari
eties. Indian Food Packer. 34(3):60-63.
Rini
Dwiastuti. 1995. Abstraksi Sistem Agribisnis Rambutan di Jawa Timur. Prosiding
Lokakarya Review Hasil-hasil Penelitian dalam Rangka Implementasi PIP Unibraw
1990/91- 1993/94. Lembaga Penelitian Unibraw.
Ryall,
A.L. dan W.J. Lipton. 1983. Handling, Transportation and Storage of Fruits and
Vegetables. Volume I. AVI Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut.
Santoso,
R.D. 1987. Keberhasilan Umur Penyambungan Muda beberapa Varietas Batang Bawah
dan Batang Atas Tanaman Mangga (Mangifera indica L.). Tesis S1,
Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.
Sentra,
I.W. 1988. Pengelolaan Kebun bibit
buah-buahan Bank Indonesia, Pasuruan.
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Unibraw, Malang.
Simon
B.W. dan Soemarno. 1995. Sistem Agribisnis Pisang di Jawa Timur. Prosiding
Lokakarya Review Hasil-hasil Penelitian dalam Rangka Implementasi PIP Unibraw
1990/91- 1993/94. Lembaga Penelitian Unibraw.
Soemarno,
N. Hanani, W. Susinggih, dan M. Dewani. 1993. Penelitian Pengembangan
Agroindustri Buah-buahan di Jawa Timur.
Kerjasama antara Bappeda Tk I Jawa Timur dan Pusat Penelitian
Universitas Brawijaya, Malang.
Soemarno,
K. Sukesi, B. Setiawan. L. Agustina, B.S. Suprih, dan Sudarto. 1995.
Identifikasi Potensi Komoditas Andalan Berdasarkan Agribisnis. Kerjasama P2LK
Pusat dengan Fakultas Pertanian Unibraw.
Soemarno
dan Iksan Semaoen. 1995. Model
Pengentasan Kemiskinan di Wilayah Pedesaan. Prosiding Lokakarya Review Hasil-
hasil Penelitian dalam Rangka Implementasi PIP Unibraw 1990/91- 1993/94.
Lembaga Penelitian Unibraw.
Soemarno.
1991. Model Pewilayahan Komoditi Pertanian yang Berwawasan Lingkungan. Makalah disampaikan dalam Seminar Ilmiah
Tanggal 12 Juni 1991 di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.
Soemarno.
1995. Konsep Sistem Agribisnis Komoditi
Unggulan. Prosiding Lokakarya Review Hasil-hasil Penelitian dalam Rangka
Implementasi PIP Unibraw 1990/91- 1993/94. Lembaga Penelitian Unibraw.
SP2UK-PPLK.
Jatim. 1991. Petunjuk Teknis Budidaya dan Konservasi Lahan Kering. SP2UK-PPLK
Jawa Timur, Malang.
Suhadak,
E. 1988. Pengaruh Zat Antioksida pada Kultur kalus Tanaman Mangga (Mangfera
indica L.). Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw,
Malang.
Sukindar.
1991. Observasi tanaman mangga (Mangifera indica L.) di Kebun Percobaan Cukur
Gondang, Pasuruan. Departemen Agronomi,
Fakultas Pertanian, Unibraw, Malang.
Sumarno,
S.Z. Nurchasanah dan H. Danoesastro. 1981. Usaha Mempercepat Perakaran
"Turus Daun" Apel dan Mangga Dengan IBA. Fakultas Pertanian, Universitas Gajahmada,
Yogyakarta.
Sumiatun.
1989. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pembentukan Buah Mangga.
Tesis S1, Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta Unibraw, Malang.
Sunaryono,
H.
1981. Pengenalan Jenis Tanaman
Buah- Buahan dan Bercocok Tanam Buah-Buahan Penting di
Indonesia. Penerbit Sinar
Baru. Bandung.
Tan
Bock Thiam dan Shao-Er Ong. 1979.
Readings in Asian Farm Management. Singapore University Press.